Apa itu Diabetes?
Apa itu Diabetes?Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis adalah suatu penyekit dimana kadar gula dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara cukup. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas. Insulin berperan dalam proses penyerapan glukosa ke dalam sel tubuh. Glukosa dalam sel tubuh diubah menjadi energi atau ditimbun sebagai cadangan

Diabetes Lemahkan Tulang
Komplikasi penyakit diabetes tak hanya penyakit jantung, kerusakan ginjal kronik, kerusakan retina yang mengakibatkan kebutaan, kerusakan system saraf, dan kerusakan sel darah, yang dapat mengakibatkan disfungsi ereksi dan luka yang sukar sembuh.

76 Cara Gula Merusak Kesehatan Anda
Kelebihan gula dapat mengakibatkan sejumlah konsekuensi kesehatan yang penting. Berikut adalah daftar dari konsekuensi metabolis yang diakibatkan oleh gula dari beberapa jurnal kesehatan dan publikasi ilmiah lainnya.

Pengobatan Diabetes
Penyakit diabetes di sebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: faktor keturunan, salah pola makan, sering mengkonsumsi yang manis-manis secara berlebihan. Penyebab Penyakit diabetes di sebabkan oleh kadar gula dalam tubuh terlalu banyak sedangkan tubuh manusia hanya memerlukan kurang lebih 200 kadar gula.

Cegah Diabetes dengan Pare
Siapa yang tak kenal pare? Orang sering menghindari sayur satu ini karena rasanya pahit. Meskipun pahit, pare ternyata banyak memberi manfaat untuk kesehatan tubuh. Dengan sedikit trik, pare tetap enak dimakan dan bisa mencegah beragam penyakit.

Obat Herbal Diabetes
Paket Produk Untuk DIABETES :Liquid Chlorophyll Klorofil merupakan molekul kimia yang terdapat pada tumbuhan yang aktivitas utamanya adalah membantu reaksi fotosintesis.Bagi tumbuhan, klorofil diibaratkan seperti darah dalam tubuh manusia. Struktur kimia klorofil pun serupa dengan haemo (sel darah merah). Perbedaan hanya pada inti atom pusat. Klorofil inti atom pusatnya magnesium (Mg), sedangkan haemo inti atom pusatnya adalah besi (Fe).

Wednesday, July 4, 2012
Pola Makan 3J untuk Penderita Diabetes


Tuesday, July 3, 2012
Ibu Hamil Menderita Obesitas dan Diabetes, Inilah yang Dialami Bayinya


Sebuah studi yang dilakukan para peneliti UC Davis MIND (Medical Investigation of Neurodevelopmental Disorders) Institute di Sacramento, California, Amerika Serikat, menemukan kaitan kuat antara ibu pengidap obesitas, diabetes, atau hipertensi dan kemungkinan melahirkan anak yang menderita gangguan spektrum autisme (ASD) ataupun gangguan pertumbuhan lain. Autis adalah gangguan perkembangan yang mengakibatkan anak mengalami kelambatan dan penyimpangan dari perilaku normal pada hubungan sosial dan interaksi, bahasa dan komunikasi, serta aktivitas fisiknya.
Penelitian yang mencoba mencari hubungan antara kondisi metabolisme ibu dan risiko gangguan perkembang an syaraf bayi itu menyimpulkan bah wa seorang ibu yang kegemukan me miliki kemungkinan 67 persen lebih besar melahirkan bayi autis diban dingkan ibu dengan berat badan normal yang tak menderita diabetes atau hipertensi. Ibu obesitas juga punya peluang dua kali lipat melahirkan bayi dengan gangguan perkembangan yang lain dibanding ibu dengan berat badan normal.
Lalu, ibu yang mengidap diabetes juga punya peluang 67 persen lebih besar untuk melahirkan anak dengan perkembangan lambat dibandingkan ibu yang sehat. Secara statistik, proporsi ibu pengidap diabetes yang mempunyai anak autis memang lebih tinggi dibandingkan ibu sehat walau ang kanya tidak signifikan. Penelitian itu juga mengungkapkan anak autis da ri seorang ibu pengidap diabetes bia sa nya perkembangannya jauh lebih lambat, baik penguasaan bahasa mau pun komunikasi, dibandingkan anak autis yang dilahirkan oleh ibu yang sehat. Lebih jauh lagi, para peneliti juga menemukan kenyataan yang mengejutkan.
Anak tanpa gangguan autis yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes juga mengalami kelambatan dalam bersosialisasi dan penguasaan bahasa untuk komunikasi dibandingkan anak sehat yang dilahirkan oleh ibu sehat. Demikian pula, anak sehat yang dilahirkan ibu dengan gangguan metabolisme juga lambat dalam memecahkan masalah, penguasaan bahasa, kemampuan motoris, dan sosialisasi.
‘’Lebih dari sepertiga dari perempuan di Amerika dalam usia subur menderita obesitas dan hampir seper sepuluhnya menderita diabetes selama kehamilan. Temuan kami me ngenai hubungan kuat antara kondisi ibu dan masalah gangguan perkembangan syaraf anak mungkin bisa berdampak serius,’’ kata Paula Krakowiak, kandidat doktor epidemiologi di MIND Institute, dalam situs lembaga riset pe nya kit kelainan syaraf itu.
Krakowiak menegaskan, penelitian ini memang tidak menyimpulkan bahwa diabetes dan obesitas adalah penyebab autisme atau gangguan perkembangan anak yang lain. Namun jelas, obesitas sebelum kehamilan (berat badan lebih dari 90 kilogram) atau penambahan berat badan berlebih selama kehamilan (lebih dari 18 kilogram) terkait erat dengan autisme. Obesitas dan diabetes juga me nyumbang faktor risiko yang signifi kan yang ditunjukkan dengan me ningkatnya kekebalan terhadap insulin dan inflamasi kronis seperti pada kasus diabetes dan tekanan darah tinggi. Inflamasi maternal adalah kondisi gangguan metabolisme pada ibu obesitas atau dengan hipertensi.
Pada kasus diabetes, kadar glukosa ibu hamil yang tak terkendali meng aki batkan janin terpapar pada kondisi gula darah tinggi. Kondisi ini me naikkan produksi insulin pada janin. Akibatnya, janin terpapar kadar hormon insulin tinggi yang memerlukan lebih banyak penggunaan oksigen, sehingga pasokan oksigen ke janin ber kurang. Diabetes juga menyebabkan janin mengalami kekurangan zat besi. Kedua kondisi ini berdampak pada perkembangan otak janin.
Inflamasi maternal memengaruhi perkembangan janin lewat protein tertentu yang diproduksi oleh sel dalam sistem kekebalan ibu. Protein itu dapat menembus plasenta janin sehingga mengganggu pertumbuhan otak janin. ‘’Rangkaian peristiwa akibat tak ter kendalinya kadar glukosa ibu hamil adalah mekanisme biologis potensial yang mungkin memainkan peran menghambat perkembangan janin da lam kondisi ibu mengalami gangguan metabolisme,’’ kata Krakowiak.
Penelitian yang berjudul ‘’Kondisi Metabolisme Ibu dan Risiko Autis dan Gangguan Perkembangan Syaraf Lain’’ itu telah dipublikasikan 9 April lalu dalam Journal of the American Acedemy of Pediatric. Ini merupakan penelitian pertama yang mencoba mencari kaitan antara gangguan perkembangan syaraf anak dan kondisi metabolisme ibu yang tidak dibatasi hanya pada diabetes tipe dua atau diabetes yang terjadi saat kehamilan (gestational diabetes). Penelitian ini juga yang pertama kali memasukkan faktor obesitas dan tekanan darah tinggi, yang mempunyai karakteristik biologis serupa, kemudian dikaitkan dengan tumbuh kembang anak dalam periode tertentu.
Saturday, March 31, 2012
Pengganti Gula Untuk Penderita Diabetes


Pengganti gula bisa berupa pemanis buatan dan pemanis alami. Di Indonesia ada 13 pemanis buatan yang diijinkan penggunaanya dalam makanan yakni aspartam, acesufam-K, alitam, neotam, siklamat, sakarin, sukralosa, isomalt, xilitol, maltitol, manitol, sorbitol, dan laktitol. Pemanis buatan yang diijinkan di suatu negara bisa jadi berbeda dengan aturan dan regulasi yang diterapkan di negara lain. Seperti siklamat yang diijinkan penggunaanya di Indonesia ternyata telah di larang oleh Organisasi Obat dan Makanan di Amerika Serikat karena diragukan kemanananya.
Meski sudah diijinkan penggunaanya, tetap saja konsumsi pemanis buatan harus dibatasi sebab studi tentang konsumsi pemanis buatan dalam jangka waktu yang lama belum banyak dilakukan. Di supermarket sering kali kita melihat minuman yang berlabel sugar free. Namun Anda jangan terkecoh oleh label bebas gula tersebut sebab rasa minuman tersebut tetap manis di lidah dan rasa pahit akan mengikuti.
Ini memang ciri minuman yang menggunakan pemanis buatan. Pemanis buatan di atas disarankan hanya dikonsumsi bagi penderita diabetes. Sedangkan orang yang tak memiliki diabetes lebih baik mengkonsumsi gula pada umumnya dengan jumlah yang dibatasi. Selain berkalori rendah dan bahkan nol, pemanis buatan juga tidak berkonstribusi terhadap rusaknya gigi, tidak seperti pemanis alami.
Jika beberapa pemanis buatan seperti Stevia dan Xilitol telah dibuktikan aman penggunaanya, sirup jagung ternyata disarankan untuk dikurangi.
Meski pemanis buatan berkalori rendah, konsumsinya juga harusnya diimbangi dengan pemanis alami yang dinilai lebih aman.
- Madu
- Sirup Maple
- Gula Maple
- Agave Nektar
SourCe
Solusi Penyembuhan Diabetes
Kayumanis Penurun Kadar Gula Darah


Penelitian ini melibatkan 60 orang penderita diabetes tipe 2 yang terdiri dari 30 pria dan 30 wanita berusia rata-rata 50 tahun ke atas. Mereka dibagi menjadi 6 kelompok yang dipilih acak. Kelompok pertama mengkonsumsi 1 gr kayumanis per hari, kelompok kedua mengkonsumsi 3 gr, dan kelompok ketiga mengkonsumsi 6 gr kayumanis per hari. Kelompok 3, 4, dan 5 mengkonsumsi kapsul placebo dengan jumlah yang sama dengan konsumsi kayumanis pada kelompok 1,2, dan 3. Hasilnya setelah 40 hari, kelompok yang mengkonsumsi kayu manis turun kadar gula darahnya sebesar 18-29%, trigliserida 23-30%, kolesterol LDL 7-27%. Sedangkan tidak ditemukan HDL kolesterol menunjukkan perubahan signifikan.
Ini berarti mengkonsumsi kayumanis 1, 3, 6 gr per hari bagi penderita diabetes tipe 2 dapat menurunkan kadar gula darah dan resiko komplikasi diabetes yang berhubungan dengan darah tinggi dan jantung. Sedangkan kapsul placebo tidak memiliki efek apapun terhadap kadar gula darah dan total kolesterol maupun LDL kolesterol.Banyak penderita diabetes yang telah mencoba untuk menambahkan setengah sendok teh kayu manis dalam teh saat sarapan selama beberapa bulan dan mendapatkan kadar gula darah mereka turun. Kayumanis telah diteliti dapat meningkatkan metabolisme glukosa. Perlu ditekankan bahwa kayumanis tak akan menyembuhkan penyakit gula Anda, kayumanis hanya dapat menurunkan kadar gula dalam darah. Tentunya, bukan berarti mengkonsumsi kayu manis Anda bebas mengkonsumsi gula dan karbohidrat. Makanan tetap harus dijaga. Untuk menambahkan kayumanis dalam diet diabetes Anda cobalah ikuti instruksi ini.
- Selalu konsultasikan pada dokter jika Anda ingin menambahkan ¼ hingga ½ sendok teh kayumanis per hari dalam menu diet Anda. Meski ada banyak penelitian yang menyatakan bahwa kayumanis menurunkan kadar gula darah, tetapi dokter Anda juga wajib tahu tambahan makanan dalam menu diet diabetes Anda.
- Selalu gunakan takaran yang sama tiap hari untuk menghindari kadar gula yang naik-turun.
- Gunakan kayumanis bubuk atau batangan. Karena methylhydroxychalcone polymer (MHCP), kandungan utama pada kayumanis yang memiliki efek mirip insulin dan menaikkan kesensitivan insulin, tidak ditemukan pada minyak kayumanis.
Merokok Memperburuk Penyakit Diabetes


![]() |
Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mencari tahu hubungan antara merokok dengan ketidaknormalan glukosa dalam darah. Penelitian Carole Willi, M.D yang melibatkan 1.2 juta partisipan menemukan bahwa ada keterkaitan langsung antara merokok dengan meningkatnya resiko diabetes. Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa merokok tanpa pengaruh aktivitas lain dapat menyebabkan intoleransi pada glukosa atau tubuh tidak bisa lagi menerima glukosa. Resiko terserang penyakit diabetes bagi mereka yang merokok lebih 20 atau lebih batang per hari adalah sebesar 61% sedangkan mereka yang dikategorikan perokok ringan hanya memiliki kenaikan resiko diabetes sebesar 29%.
Lalu mengapa merokok dapat menyebabkan penyakit diabet? Merokok dapat menyebabkan diabetes melitus karena aktivitas merokok sangat mungkin menjadi sebab dari resistensi insulin dan respon yang tidak cukup terhadap sekresi insulin. Sedangkan resistensi insulin adalah penyebab dari seseorang terjangkit diabetes tipe 2. Banyak kemudian penderita diabetes yang merupakan perokok mencari alternatif agar mereka bisa merokok tanpa memasukkan nikotin dalam darah. Alhasil, rokok elektronik menjadi pilihan. Namun, menurut professor Xiao-Chuan Liu, professor kimia dari Politeknik Negeri California, rokok elektronik juga bukan pilihan yang baik karena tetap mengandung nikotin. Satu-satunya cara penderita diabetes yang juga adalah perokok agar diabetes tak semakin memburuk adalah membuang rokok dari menu diet diabetes. Dengan kata lain, berhenti merokok.
Merokok tak hanya bisa meningkatkan resiko seseorang terserang diabetes tipe 2 tetapi juga komplikasi diabetes yang berbahaya. Komplikasi diabetes yang paling mematikan adalah tekanan darah tinggi yang bisa menyebabkan penyakit jantung. Beberapa kandungan rokok dapat merusak dinding pembuluh darah yang mengakibatkan adanya tekanan darah tinggi dan stroke. Disamping itu aktivitas merokok dapat menyebabkan peradangan. Jika peradangan terjadi pada penderita diabetes, peradangan ini akan susah diatasi sehingga penderita diabetes kemungkinan besar harus diamputasi.
Nah sudah tahu kan efek negatif merokok pada penyakit diabetes Anda? Jadi jangan ragu-ragu untuk merancang langkah berhenti merokok sebelum Anda terkena diabetes tipe 2, sebelum penyakit jantung datang bersamaan dengan penyakit diabet, dan sebelum kaki Anda harus diamputasi oleh karena peradangan.
SouRce
Thursday, March 8, 2012
Diabetes Picu Gangguan Pendengaran


gangguan metabolisme tidak dapat dikontrol baik dengan pemberian obat-obatan.
Para ilmuwan dari Henry Ford Hospital Detroit Amerika Serikat, mengatakan bahwa wanita penderita diabetes (usia 60-75 tahun) yang mampu mengontrol gula darah cenderung memiliki
pendengaran lebih baik ketimbang wanita yang diabetesnya tidak terkontrol .
Penelitian ini juga menunjukkan, gangguan pendengaran secara signifikan lebih buruk pada semua wanita penderita diabetes yang berusia lebih muda dari 60 tahun, sekalipun mampu
mengendalikan diabetes dengan baik. Sementara pada pria, risiko terjadinya gangguan pendengaran lebih mungkin terjadi tanpa memandang usia mereka atau apakah mereka menderita
diabetes.
"Gangguan pendengaran adalah hal yang normal dari proses penuaan untuk semua orang, tetapi kondisi ini bisa lebih cepat terjadi pada pasien dengan diabetes, terutama jika tingkat
glukosa darah tidak dikontrol dengan obat dan diet," kata Derek J Handzo, DO, dari Departemen THT Bagian Bedah Kepala dan Leher di Rumah Sakit Henry Ford.
"Studi kami benar-benar menunjuk pentingnya pasien mengontrol diabetes mereka, terutama dengan bertambahnya usia mereka, terkait kemungkinan terjadinya gangguan pendengaran,"
tambahnya.
Asosiasi Diabetes Amerika mencatat, hampir 26 juta orang di AS mengidap diabetes, dan 34,5 juta lainnya mengalami gangguan pendengaran dengan tingkat yang berbeda-beda.
Tanda-tanda gangguan pendengaran termasuk di antaranya kesulitan mendengar suara latar belakang atau mendengar percakapan dalam kelompok besar, serta sering mengubah volume
radio atau TV.
Wednesday, March 7, 2012
8 Fakta Diabetes pada Pria


Inilah fakta yang harus diketahui pria diabetesi untuk memotivasi perubahan perilaku menjadi lebih sehat.
1. Kurang jantan
Penurunan hormon testosteron banyak dialami pria dengan diabetes. diabetes juga merusak pembuluh darah dan saraf yang mengontrol ereksi, sehingga mudah terjadi disfungsi ereksi. Pria diabetesi beresiko mengalami disfungsi ereksi 10-15 tahun lebih cepat daripada pria tanpa diabetes.
2. Pikiran kacau
Pria dengan diabetes beresiko tinggi mengalami depresi ketimbang yang tidak diabetes.
3. Harapan hidup berkurang
Kematian karena penyakit jantung diabetesi sekitar 2-4 kali lebih tinggi daripada yang tanpa diabetes. Harapan hidup pria dengan diabetes lebih pendek daripada perempuan diabetesi.
4. Ancaman kebutaan
Diabetes akan merusak pembuluh yang menjadi saluran gizi bagi retina. Akibatnya, potensi kebutaan karena diabetes retinopati akan lebih besar. Di kalangan orang yang terkena diabetes sebelum usia 30 tahun, pada pria, gangguan retinopati datang lebih cepat daripada perempuan.
5. Amputasi
Kerusakan vaskular juga sering memengaruhi kaki, sehingga lebih dari 60 persen kasus amputasi kaki yang bukan karena trauma disebabkan diabetes. Amputasi terkait diabetes pada pria 1,5 - 2,7 kali lebih tinggi tinggi daripada perempuan.
6. Nyeri
Pada pria diabetesi, gejala berupa nyeri di paha, betis, bokong selama olahraga, kram, perubahan suhu tubuh, sariawan berkepanjangan, bengkak, lebih sering dialami.
7. Demensia
Pria diabetesi lebih beresiko mengalami alzheimer dan bentuk lain dari demensia.
8. Kegemukan
Tak kurang dari 90 persen orang dengan diabetes mengalami kelebihan berat badan.
Wednesday, February 29, 2012
Blueberry Atasi Obesitas dan Diabetes


Bahkan jus ini mampu melindungi tikus dari munculnya diabetes akibat obesitas. Demikian penelitian yang dipublikasi Agustus ini di International Journal of Obesity.
“Hasil penelitian ini jelas menunjukkan bahwa jus blueberry yang mengalami biotransformasi berpotensi kuat sebagai anti-obesitas dan anti-diabetes,” jelas Pierre S Haddad, profesor farmakologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Montreal dalam sebuah rilis.
Jus blueberry yang mengalami biotransformasi ini, menurut Pierre merupakan agen terapetik baru. Bakteri Serratia vaccinii, strain baru blueberry yang telah diisolasi muncul dan bekerja dengan cara meningkatkan efek antioksidan alami buah. Kadar glukosa darah tikus, yang potensial menyebabkan resistensi insulin akibat obesitas, hipertensi turun hingga 35 persen setelah tiga hari minum super jus ini.
“Tikus-tikus ini merupakan model yang istimewa karena memiliki keadaan yang mendekati keadaan manusia sebenarnya dengan obesitas dan cenderung ke arah diabetes tipe 2,” jelas Haddad.
SourCe
Pria Lebih Rentan Kena Diebetes Daripada Wanita


Studi terbaru itu diprakarsai oleh akademisi dari Glasgow University. Mereka menemukan bahwa pria memiliki risiko yang lebih besar terkena penyakit diabetes tipe 2 walau memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih rendah daripada wanita.
Pemimpin penelitian, Profesor Naveed Sattar, dari Institute of Cardiovascular and Medical Sciences mengatakan, kelebihan berat badan adalah faktor utama yang memberikan risiko terhadap diabetes tipe 2 (diabetes karena perubahan gaya hidup). Faktor lain yang mempengaruhi adalah usia, etnis dan genetik.
Penelitian yang dilakukan oleh Sattar melibatkan 51.920 pria dan 43.137 wanita. Seluruhnya merupakan pengidap diabetes tipe 2 dan umumnya memiliki IMT di atas batas kegemukan atau overweight.
Hasilnya ditemukan, pria cenderung sudah terkena diabetes saat indeks massa tubuhnya belum sebesar para wanita dengan penyakit yang sama. Para pria terkena diabetes pada IMT rata-rata 31,83 kg/m2 sedangkan wanita baru mengalaminya pada IMT 33,69 kg/m2.
Prof Naveed Sattar yang memimpin penelitian ini mengatakan, “Perbedaan risiko ini dipengaruhi oleh distribusi lemak tubuh. Pada pria, penumpukan lemak terkonsentrasi di sekitar perut sehingga memicu obesitas sentral yang lebih berisiko memicu gangguan metabolisme. Dengan kata lain, laki-laki lebih rentan terhadap diabetes,” ujar Profesor Naveed Sattar, seperti yang dikutip dari Times of India.
Sering Tidur Malam Picu Diabetes dan Penyakit Jantung


Profesor Philippe Froguel dari Imperial College London mengatakan, “Kontrol gula darah adalah salah satu dari banyak proses yang diatur oleh jam biologis tubuh,” katanya, Ahad (29/1). Salah satu jam biologis tubuh adalah tidur. Terganggunya proses tidur itu akan berdampak pada kontrol gula darah.
Penelitian baru terkait kebiasaan tidur yang digelar beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa gejala diabetes sudah muncul saat mengalami gangguan tidur selama tiga kali berturut-turut. Hasil penelitian ini dipublikasikan oleh Nature Genetics yang diberitakan Daily Mail.
Nature Genestics melakukan penelitian ini terhadap 20 ribu pekerja shift malam, dan dari hasil penelitian, terbukti untuk pekerja shift malam rentan terhadap penyakit diabetes dan penyakit jantung. Studi penelitian ini menemukan empat varian gen yang beresiko terkena diabetes maupun penyakit jantung.
Tuesday, February 28, 2012
Berbagai Pengobatan Baru Diabetes Melitus


Penelitian-penelitian tersebut tentunya dilakukan untuk menemukan pengobatan yang terbaik untuk DM. Penelitian-penelitian tersebut, termasuk berhasil ditemukannya pankreas buatan dan transplantasi sel beta.
Beradasarkan data National Diabetes Statistics 2011, prevalensi DM telah diperkirakan 8,3 persen dari penduduk Amerika Serikat, dan sebagian besar adalah DM Tipe II seperti dilansir dari Epharmapedia, Rabu (7/9/2011).
Berbagai pengobatan DM telah dikembangkan dan telah diterapkan pada banyak pasien DM tipe 2. Namun, pengobatan pada pasien DM Tipe II terkait pada beberapa mekanisme, antara lain:
- Insulin sensitizer. Insulin sensitizer dapat meningkatkan kemampuan sel tubuh untuk mengenali berbagai insulin, dan kemudian untuk meningkatkan tindakan insulin dengan mendorong glukosa ke dalamnya, sehingga menurunkan tingkat glukosa darah. Sensitizer insulin utama, yaitu glitazones dan Biguanides seperti metformin.
- Secretagogues. Obat ini termasuk obat yang memaksa pankreas untuk meningkatkan jumlah insulin, sehingga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Obat-obat ini termasuk sulfonilurea, meglitinides, mimesis incretin (Exenatides) dan dipeptidyl peptidase inhibitor IV (DPP IV inhibitor), seperti sitagliptin.
- Mekanisme lainnya.Mekanisme lainnya, misalnya alfa-glukosidase inhibitor dan analog amylin. Acarbose adalah inhibitor alfa-glukosidase yang mencegah degradasi karbohidrat dalam usus, dan dengan demikian mencegah penyerapan glukosa yang diperoleh dari makanan. Pramlintide adalah analog hormon yang disebut amylin, yang dihasilkan dari sel-sel yang sama yang memproduksi insulin. Amylin memperlambat gerakan perut dan menciptakan sensasi kenyang yang membantu untuk mengatur penyerapan glukosa dan mencegah peningkatan pesat konsentrasi glukosa darah setelah makan
- Exenatide seminggu sekali
2. SGLT-2 Inhibitor
Ginjal adalah organ yang cukup konservatif ketika didatangi glukosa, karena ia bekerja untuk menyerap kembali beban glukosa yang mungkin mencoba untuk keluar bersama urin. Sodium-glukosa cotransporter-2 (SGLT-2) yang secara normal ditemukan dalam tubulus proksimal ginjal akan mereabsorbsi sebagian besar glukosa dan mengembalikan ke aliran darah dengan bantuan dari gradien natrium.
Dapagliflozin adalah obat pertama yang dikembangkan untuk menghambat SGLT-2 dan karenanya meningkatkan hilangnya glukosa dalam urin.
Penurun glukosa merupakan obat dengan kemampuan yang berhubungan dengan ekskresi glukosa ginjal. Efeknya tergantung pada jumlah glukosa yang disaring melalui glomeruli dan tidak tergantung pada sekresi insulin. Metode aksi meminimalkan risiko hipoglikemia. Tetapi hal itu juga membuat dapagliflozin kurang efektif bila tingkat filtrasi glomerulus menurun karena perkembangan gangguan ginjal.
Dalam dua studi, dapagliflozin (5 mg atau 10 mg) dievaluasi dalam kombinasi dengan metformin XR dan dibandingkan dengan monoterapi.
Kedua studi dilakukan selama 24 minggu, dan pada akhir penelitian proporsi yang lebih tinggi dari pasien yang diobati dengan terapi kombinasi mencapai HbA1c yang lebih rendah dan kontrol glikemik yang lebih baik. Pada kelompok Dapagliflozin juga mencapai penurunan berat badan lebih dari kelompok metformin. Efek samping utama yang dilaporkan adalah infeksi saluran kemih.
Food and Drugs Administration (FDA) pada 19 Jul 2011 menentang merekomendasikan persetujuan untuk obat baru ini karena dapat menyebabkan peningkatan risiko kanker payudara dan kanker kandung kemih.
3. Agonis PPAR ganda
Glitazones adalah agonis PPAR-gamma, dan melalui aktivasi reseptor nuklir spesifik, dapat membuat jaringan tubuh merespons insulin.
Suatu grup baru dari obat Agonis PPAR disebut Dual, karena kemampuannya untuk mengaktifkan PPAR-gamma dan alpha pada waktu yang sama. Menariknya, agonism PPAR-alpha seharusnya merupakan mekanisme aksi fibrate yang mengurangi trigliserida dan meningkatkan HDL.
Sehingga seharusnya bahwa agonis PPAR-ganda akan terus mendapatkan manfaat dari glitazones dan fibrates.Sebuah uji coba fase II memeriksa suatu agonis PPAR ganda baru, yaitu aleglitazar,. Pengujian tersebut menunjukkan bahwa terapi dengan agen ini mengurangi hiperglikemia dan level normal dari HDL-C dan trigliserida dengan keamanan yang dapat diterima. Aleglitazar saat ini sedang dipelajari dalam skala besar percobaan klinis untuk menilai apakah akan dapat mengurangi risiko kardiovaskular (kematian, infark miokard, atau stroke) di antara pasien dengan diabetes dan penyakit arteri koroner.
4. Glukokinase Aktivator
Glukokinase adalah enzim intraseluler yang dapat membatasi langkah dalam metabolisme glukosa.
Tidak ada keraguan bahwa diabetes merupakan target potensial bagi banyak peneliti dan ilmuwan untuk menurunkan prevalensi diabetes.
Kemajuan dalam pemahaman tentang patofisiologi diharapkan dapat membimbing para peneliti untuk mengembangkan pengobatan yang lebih radikal dan maju. Namun sayangnya, berbagai pengobatan baru untuk DM yang telah ditemukan oleh para peneliti mungkin belum dapat diperoleh dan digunakan secara luas di negara berkembang.
Dampak Menyuntik Insulin Terus Menerus di Satu Tempat


Seorang pasien laki-laki berusia 55 tahun yang tidak disebutkan namanya ini berasal dari Johannesburg, Afrika Selatan. Ia datang ke dokter beberapa waktu yang lalu dengan kondisi perut membengkak di 2 tempat hingga membentuk belahan besar mirip pantat. Ini gara-gara ia menyuntikkan hormon insulin di tempat yang sama setiap hari selama 30 tahun.
Belahan yang menggantung persis di bawah pusar itu merupakan jaringan lemak yang membengkak dan sering dialami oleh para pengidap diabetes melitus tipe 1 yang harus menyuntikkan insulin setiap hari. Kebanyakan, hormon insulin ini memang disuntikkan di bagian perut.
Pembengkakan lemak atau lipohypertrophy merupakan reaksi yang wajar pada penyuntikan insulin, sehingga disarankan untuk selalu berpindah tempat penyuntikan. Namun yang terjadi pada pasien ini, selama 30 tahun ia menyuntikkan insulin di tempat yang sama setiap hari.
“Tim kami terdiri dari 5 dokter senior dan semuanya belum pernah melihat kasus separah ini. Kami melaporkannya di jurnal ilmiah karena ini kasus ekstrem,” kata Dr Stan Landau dari Centre for Diabetes and Endocrinology di Joannesburg, seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (10/2/2012).
Menurut Dr Landau, pembengkakan lemak pada pasien ini bisa menyusut dengan sendirinya setelah pasien tidak lagi menyuntik di tempat yang sama setiap hari. Namun karena kondisinya sudah terlanjur parah, bekasnya tidak akan pernah hilang kecuali dengan operasi plastik.
Oleh Dr landau dan timnya, kasus tersebut sudah dilaporkan dalam jurnal ilmiah New England Journal of Medicine. Sayangnya setelah beberapa kali mendapat perawatan, pasien itu tidak lagi mengontak para dokter sehingga tidak terpantau lagi perkembangannya.
Bagi pengidap diabetes melitus tipe 1 yang lain, Dr Landau sangat menyarankan agar suntikan insulin dilakukan di tempat yang berbeda setiap hari. Bagi yang terlanjur mengalami pembengkakan lemak di suatu tempat, biasanya akan diberi jarum yang lebih kecil dan jenis insulin yang berbeda.